Kiat Sukses


Produksi Bola untuk
Piala Dunia

Adalah Irwan Suryanto, pendiri dan pemilik Triple S – Bola Majalengka yang berjasa membawa bola buatan Indonesia ke kancah dunia.
Awalnya saya ditantang oleh seorang kenalan, orang Korea, untuk membuat bola kaki berkualitas internasional!” paparnya. Setelah lelah didera kesulitan hidup, Irwan pun nekat
meminjam uang ke sebuah bank. Dan bolabola ciptaanya pun mulai menggelinding.
Pria yang tidak lulus SMA ini mengaku, awal bisnis hanya ingin bekerja dan
memberikan pekerjaan bagi orang-orang sekitarnya. Hingga sekarang, Triple S
mempekerjakan ribuan tenaga kerja, pengrajin bola di Majalengka, daerah asalnya.
Meski memiliki pabrik sendiri, Irwan yang sudah komitmen membantu pengembangan
kesejahteraan masyarakat Majalengka malah sempat menolak tawaran sebuah perusahaan
produsen alat olah raga internasional terkenal karena bertentangan dengan cita-citanya.
Meski berbasis industri lokal, bola buatan Triple S berkualitas internasional

Penggemar bola
pasti tidak akan
melewatkan
tayangan Piala
Dunia. Siapa
sangka kalau
sudah beberapa
kali Piala Dunia,
bola yang
diperebutkan
pemain kaliber
internasional
adalah produk
Indonesia?

Karena selalu lolos uji FIFA. “Semua bola saya
memiliki sertifikat lembaga internasional
induk olah raga yang bersangkutan. Misalnya
FIFA, untuk sepakbola!” paparnya. Selain
bola sepak, Triple S juga memproduksi bola
basket dan bola futsal. Bola-bola itu dibuat
Irwan atas pesanan produk tertentu dan
dijual dengan merk si pembeli.
Kunci keberhasilan Irwan , yang baru
menyelesaikan SMA Persamaan pada
tahun 1998 ini, terletak pada kegigihannya
mempertahankan kualitas. “Itu memang
salah satu kunci persaingan bisnis,”
ungkapnya membuka rahasia. Jadi tidak
heran jika pernah dari 20 bola buatannya
yang dikirim ke FIFA, semua lulus uji.
Bukan sekali, Irwan yang pernah jadi
supir dan kenek ini dipinang perusahaan
besar berskala internasional. Meski kerap
kewalahan menyediakan pesanan, Irwan tetap
berusaha jujur menjalankan bisnisnya. “Saya
pernah juga ingin curang, eh malah rugi!”
paparnya sembari tertawa. Itu sebabnya, ia
selalu menjaga kepercayaan pembeli dengan
memberikan hasil produksi terbaik.
Menurutnya, prospek bisnis ini masih
sangat besar. Menurut FIFA saja, dibutuhkan
sekitar 250.000 bola setiap hari! Bayangkan!”
ujarnya. “Dulu saja, saat saya mulai bisnis ini
pada tahun 1994, kebutuhan bola mencapai
150.000 perhari!” Memang cukup banyak
produsen bola yang produksinya bisa lebih
besar dan banyak dari hasil produksinya.
Namun Iwan tidak khawatir. “Saya pernah
perang harga dengan produsen China dan
Mereka berani menawarkan harga lebih murah, tapi
akhirnya FIFA memilih produksi kami karena
kualitasnya jauh lebih baik!”
Setelah malang melintang di dunia
perbolaan dunia, kini Triple S justru bersiap
membidik pasar dalam negeri. “Kalau orang
ingin ekspor, saya malah ingin jualan di tingkat
lokal. Saya merasa belum menjadi tuan rumah
di negeri saya sendiri!” ucapnya Meski begitu,
Iwan kerap prihatin pada anggapan sebagian
besar orang terhadap produk dalam negeri
termasuk bola buatannya. “Mereka mengira
karena dicap merk terkenal, bola itu buatan
luar negeri. Padahal asli buatan Majalengka!”
paparnya sembari tertawa.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar